Main Article Content

Abstract

Penelitian ini bertujuan 1) untuk mengetahui faktor-faktor penunjang\pendorong kesuksesan pengelolaan Desa Wisata Nglanggeran; 2) untuk menguraikan langkah atau upaya praktis yang dilakukan oleh pengelola Desa Wisata Desa Wisata Nglanggeran dalam mewujudkan pariwisata berbasis masyarakat (community-based tourism). Penelitian dilakukan pada bulan Juni tahun 2018 dengan tujuan mendapatkan gambaran mengenai aktivitas kepariwisataan yang terjadi di lokasi penelitian. Penulis memanfaatkan metode pengumpulan data melalui wawancara mendalam kepada pengurus atau pengelola Desa Wisata Nglanggeran serta observasi partisipatif sebagai wisatawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesuksesan pengelolaan Desa Wisata Nglanggeran adalah karena kemampuan generasi muda yang juga merupakan masyarakat asli yang mendiami desa tersebut untuk bekerja dan berinovasi membuat dan menciptakan paket wisata untuk wisatawan. Kesadaran kolektif masyarakatnya juga menjadi kunci kesuksesan tersebut. Peran Pokdarwis Nglanggeran dalam pemberian edukasi dan atau sosialisasi kepada masyarakat mampu mewujudkan pariwisata berbasis masyarakat.

Keywords

Desa wisata Nglanggeran pariwisata berbasis masyarakat organisasi tata kelola, Yogyakarta

Article Details

How to Cite
Junaid, I., & M. Salim, M. (2019). Peran Organisasi Tata Kelola Dalam Pengelolaan Desa Wisata Nglanggeran, Yogyakarta. Pusaka: Journal of Tourism, Hospitality, Travel and Business Event, 1(1), 1-7. https://doi.org/10.33649/pusaka.v1i1.6

References

  1. Beeton, S. (2006). Community development through tourism. Collingwood, Australia, Landlinks Press.
  2. Chesworth, N. (2016). Economic Impacts of Tourism in Rural Nova Scotia. Impact assessment in tourism economics. A. Matias, P. Nijkamp dan J. Romao. Switzerland, Springer International Publishing 81-96.
  3. Ezeuduji, I. O. dan Rid, W. (2011). Rural Tourism Offer and Local Community Participation In The Gambia." Tourismos: An International Multidisciplinary Journal of Tourism 6(2): 187-211.
  4. Gao, S., Huang, S., dan Huang Y. (2009). Rural tourism development in China. International Journal of Tourism Research 11: 439-450.
  5. Junaid, I. (2017). Langkah strategis pengembangan indigenous tourism: Studi kasus di Kabupaten Kepulauan Selayar, Masyarakat, Kebudayaan Dan Politik, Jurnal Universitas Airlangga. Vol. 30 (3), hal. 266-277. http://e-journal.unair.ac.id/index.php/MKP/issue/view/542/showToc
  6. Junaid, I. (2016). Analisis data kualitatif dalam penelitian pariwisata. Jurnal Kepariwisataan, Poltekpar Makassar, Vol. 10, No. 01, Hal. 59-74.http://jurnal.poltekpar-makassar.ac.id/index.php/tourism/article/view/12
  7. Junaid, I. (2015). Model implementasi destination management organization (DMO) di Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Kepariwisataan, Poltekpar Makassar, Vol. 09, No. 02, hal. 30-48. https://jurnal.poltekpar-makassar.ac.id/index.php/tourism/article/view/3
  8. Kisber, L. B. (2010). Qualitative inquiry: thematic, narrative and arts-performed perspectives. London, SAGE.
  9. Lane B. (1994). What is rural tourism? Journal of Sustainable Tourism 2(1/2): 7–21.
  10. Liamputtong, P. (2009). Qualitative data analysis: conceptual and practial considerations. Health Promotion Journal of Australia 20(2): 133.
  11. Longjit, C., dan Pearce, D. G. (2013). Managing a mature coastal destination: Pattaya,Thailand. Journal of Destination Marketing & Management, 2(3), 165–175.
  12. Pearce, D. G. (2015). Destination management in New Zealand: Structures and functions. Journal of Destination Marketing & Management 4: 1-12.
  13. Rocharungsat, P. (2008). Community-Based Tourism in Asia. Building community capacity for tourism development. G. Moscardo. Wallingford, CABI: 60-74.
  14. Sharpley R, dan Roberts L. (2004). Rural tourism - 10 years on. International Journal of Tourism Research 6(3): 119–124.
  15. Sharpley, R. (2002). Rural tourism and the challenge of tourism diversification: the case of Cyprus. Tourism Management 23: 233-244.